Classification | |
Title | KHITAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA MASYARAKAT DEMAK |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Soelistijadi Rahayu,Endang Yuliani |
Subject(s) | |
Series Title | GMD | Penelitian Dosen |
Language | Indonesia |
Publisher | |
Publishing Year | 2010 |
Publishing Place | |
Collation | |
Abstract/Notes | |
Specific Detail Info | Penelitian ini berusaha mendeskripsikan praktek khitan perempuan dalam budaya kehidupan masyarakat Demak. Bagi masyarakat Demak, khitan perempuan merupakan tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun yang dalam konteks kehidupan saat ini telah melahirkan pro kontra tentang boleh tidaknya atau benar salahnya menurut agama dan termasuk pelanggaran terhadap HAM atau tidak Pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini, mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya lebih dekat dengan penelitian budaya. Karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara tidak terlibat (participant non observation) dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu proses tradisi khitan pada beberapa kasus. Di samping itu, peneliti juga menggunakan cara wawancara mendalam dengan para informan untuk mendapatkan informasi. Penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat Demak yang melakukan tradisi khitan perempuan tidak mengetahui landasan filosofis maupun dasar ajaran agama yang sebenarnya. Pengetahuan mereka hanyalah sebatas mengikuti tradisi dan apa kata orang tua. Mereka pun tidak mengetahui resiko-resiko dari sisi medis atas praktek khitan perempuan tersebut. Bagi masyarakat Demak, khitan perempuan merupakan simbol kesempurnaan seseorang untuk dapat melakukan perannya sebagai perempuan yang baik dan dapat melakukan peran dan fungsi keagamaannya. Dan memiliki makna kesempurnaan dalam menjalankan perannya sebagai orang tua yang baik. Kondisi ini tampaknya dipengaruhi oleh kultur patriakhi dalam kehidupan masyarakat Demak yang memiliki nilai bahwa perempuan yang baik adalah perempuan yang dapat menahan hawa nafsu seksualnya dan perempuan adalah pelayan bagi laki-laki. Kondisi tersebut juga dikarenakan tidak adanya kecukupan pemahaman terhadap ajaran agama. Dalam relasi hubungan agama dan budaya mereka saling menguatkan dalam memperkukuh nilai-nilai tersebut karena dalam pemahaman agama yang mereka miliki perempuan yang baik adalah perempuan yang dapat menjaga kemaluannya. Khitan adalah sarana untuk dapat menjada kemaluan itu. Meskipun prakteknya sangat beragam, praktek khitan perempuan di Demak sebagian besar tidak sampai menjurus pada perilaku kekerasan atau perusakan organ vital perempuan meski sebagaian sampai terjadi perlukaan. Namun demikian, karena manfaatnya pun tidak diraasakan adanya, maka sebaiknya tradisi dirubah secara perlahan. |
Image | |
File Attachment | LOADING LIST... |
Availability | LOADING LIST... |
Back To Previous |